Gelombak Protes Anti-vaksin Menggema Di Prancis, Jerman, Italia Dan Austria

Laporan: Samsudin
Senin, 10 Januari 2022 | 09:49 WIB
Aksi unjuk rasa anti-vaksin di Prancis/Reuters
Aksi unjuk rasa anti-vaksin di Prancis/Reuters

SinPo.id - Gelombang protes anti vaksin di sejumlah negara Eropa terus berlanjut. Di antaranya di Italia, Prancis, Jerman hingga Austria. Di negara-negara tersebut, ratusan ribu warga turun ke jalan melakukan aksi protes dengan berbagai spanduk bertuliskan, bebaskan, merdeka.

Di Prancis, informasinya ada sekira 100 ribu pengunjuk rasa turun ke jalan menentang rencana pemerintah untuk membatasi hak-hak warga yang tidak divaksinasi.

Unjuk rasa di ibukota Prancis, Paris pada Sabtu (8/1) misalnya, mereka rela menerjang dinginnya cuaca. Mereka membawa spanduk bertuliskan “Kebenaran”, “Kebebasan” dan “Tidak untuk lolos vaksin”.

Beberapa di antara pengunjuk rasa mengecam balik Presiden Emmanuel Macron, yang telah menyebabkan kegemparan minggu lalu ketika dia mengatakan dia ingin "menghancurkan" orang yang tidak divaksinasi dengan membuat hidup mereka rumit serumit-rumitnya, sehingga mereka akhirnya akan mendapatkan suntikan.

Para pengunjuk rasa membalas ucapan Macron dengan meneriakkan "Kami akan membuatmu kesal".

Protes datang ketika Prancis mencatat lebih dari 300.000 infeksi COVID-19 dalam satu hari pada hari Jumat dan majelis rendah negara itu pada hari Kamis menyetujui undang-undang pemerintah yang mengharuskan individu untuk membuktikan bahwa mereka sepenuhnya sudah divaksinasi terhadap virus corona sebelum mereka dapat makan di luar, bepergian di kereta api antarkota atau menghadiri acara budaya.

Pemerintah mengatakan, persyaratan baru itu akan dilaksanakan pada 15 Januari, meskipun legislator di Senat sekarang dapat menunda prosesnya.

Kementerian dalam negeri Prancis mengatakan 105.200 orang berpartisipasi dalam protes hari Sabtu di seluruh Prancis, 18.000 di antaranya di ibu kota Paris, di mana polisi melaporkan 10 pengunjuk rasa ditangkap dan tiga petugas terluka ringan.

Di tempat lain ada 24 orang pedemo ditangkap dan tujuh petugas polisi luka ringan menurut kementerian.

Di jalanan Toulun, sekitar 6.000 demonstran turun ke jalan. Sementara di Montpellier polisi menggunakan gas air mata selama bentrokan dengan pengunjuk rasa.

Unjuk Rasa di Austria

Lebih dari 40.000 orang juga memprotes di ibu kota Austria, Wina, di mana vaksinasi terhadap COVID-19 akan menjadi wajib mulai bulan depan. Polisi mengatakan demonstrasi itu sebagian besar berlangsung damai.

Di Jerman

Di Jerman, pengunjuk rasa berunjuk rasa di beberapa kota pada hari Sabtu, dengan acara terbesar diadakan di Hamburg, di mana sekitar 16.000 orang hadir, menurut polisi.

Protes diadakan di bawah spanduk “Cukup! Lepaskan anak-anak kita”.

Jerman, yang sedang mempertimbangkan untuk memberlakukan mandat vaksin umum, mulai menawarkan suntikan COVID-19 kepada anak-anak antara usia lima dan 11 bulan lalu.

Seorang pengunjuk rasa mengenakan Bintang Daud dengan tulisan "tidak divaksinasi," menurut tweet polisi. Petugas menambahkan bahwa mereka sedang menyelidiki hasutan.

Di Berlin, satu demonstrasi virus corona berbentuk konvoi mobil dan sepeda. Polisi menghitung lebih dari 100 kendaraan, 70 sepeda dan sekitar 200 orang secara keseluruhan.

Menteri Kesehatan Jerman Karl Lauterbach mengatakan argumen yang dibuat oleh penentang vaksinasi dan penyangkal virus corona telah kehilangan semua ukuran dan fokus.

"Sebuah kelompok kecil bersedia menghapus semua pengetahuan ilmiah dari meja dan secara sukarela memasuki gelembung kebenaran palsu," katanya dalam komentar kepada surat kabar Welt am Sonntag.

Di Italia

Protes juga terjadi di Italia, dengan ratusan orang di kota Turin memprotes aturan yang mewajibkan vaksin bagi siapa pun yang berusia di atas 50 tahun.

Undang-undang yang lebih keras juga mulai berlaku untuk orang lain - mulai Senin, mereka yang tidak divaksinasi tidak dapat lagi menggunakan transportasi umum atau mengunjungi restoran.sinpo

Komentar: