Roemah-roemah berhala di negri Siam
SinPo.id -
Roemah-roemah berhala di negri Siam.
Seperti djoega di laen-laen negri Timoer poen di Siam pelantjongan-pelantjongan asing paling merasa katarik hatinja oleh roemah-roemah berhala jalah barang-barang kunst jang berdasar atas s a t o e soember jang dalem dari rahajat, jalah Igama.
Di Siam banjak sekali roemah-roemah berhala, teroetama dalem kota Bangkok jalah iboe kota dari karadjahau Siam.
Menoeroet katanja Prof. George Coedes dari Vajaranana National Library di Bangkok (dalem ia poenja toelisan dalem I n t e r - O c e a n, Aug. 1923), roemah-roemah berhala di kota Bangkok ambil tempat satoe per lima bagian dari antero daerah kota terseboet.
Dalem iboe kota Siam jang doeloe jalah kota Ayudhya, roemah-roemah berhala memakan tempat lebih banjak dari satoe per lima dari antero daerah kota.
Pengaroenja bangsa Khmer dan Mons ada besar atas architectuur dari bangsa Siam?pengaroenja bangsa Tionghoa ternjata dari gentengnja roemah-roemah Siam jang melengkoeng.
Roemah-roemah berhala di Siam sabenarnja ada tempat-tempat orang berdiam aken bersoedjoet (kloosters, monasteries) ;di sana sering-sering orang dateng tinggal boeat sakean lamanja aken soetjiken diri.
Roeniah-roemah berhala (wat-waO jang paling teroetama di Bangkok ada :
- Wat Phra Keo jang didiriken dalem boentoetnja abad ka 18 ; ini wat digoenaken boeat oepatjara radja-radja, dan patoeng Boedha jang ada di sitoe dipandang sabagi penoenggoe negri Siam.
- Wat Phra Jetubon (atawa Wat Po) jang moelai didiriken dalem tahon 1793.
- Wat Sudat jang didiriken dalem permoelahannja abad ka 19.
- Wat Arun (atawa Wat Cheng) jang mempoejai mertjoe dan jang tinggihja 74 M.
- Wat Benchamabopitr jang didiriken oleh baginda Chulalongkorn (1868 - 1910).
Orang jang perna koendjoengin ini wat-wat di Bangkok tiada gampang loepaken apa jang telah diliat atawa seperti Prof. Coedes ada bilang :
„Either when silence reigns, only troubled by the chiming of the clocks suspended at the temple roofs and the rustling of the wind in the foliage of the sacred fig-tree, or the tample resounds to the chanted prayers of the yellow robed monks, as well as when the crowd circulates here at the occasionof a feast, they leave on the mind of the visitor anever-to-be-forgottten impression”.
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
HUKUM | 2 hari yang lalu
POLITIK | 2 hari yang lalu
OLAHRAGA | 2 hari yang lalu
POLITIK | 1 hari yang lalu
GALERI | 1 hari yang lalu
PERISTIWA | 2 hari yang lalu
HUKUM | 23 jam yang lalu
PERISTIWA | 1 hari yang lalu